Ahlan Wa Sahlan


Ahlan Wa Sahlan Wa Marhaban Biqudumikum...Terimakasih sudah mengunjungi blog ini. Semua tulisan disini sangat boleh disebarluaskan, tapi jangan lupa cantumkan sumbernya ya ^^ Syukron...

Laman

Selasa, 21 Juni 2011

Tertawa

Tertawa, sesuatu yang sering dilakukan. Bahkan sering terlupa padahal baru saja kita melakukannya. Sungguh sangat komplit ajaran Islam yang kita pegang ini. Dari masalah ‘besar’ sampai bab yang kecil telah dibahas dan diatur. Termasuk hal tentang tertawa. Tertawa termasuk dalam hal Akhlak.
Seorang muslin yang taat akan menjadikan Rosululloh SAW sebagai referensi akhlak termulia yang harus dicontoh. Tertawa merupakan sifat dasar manusia sebagai karunia Allah SWT kepada manusia.
Dalam QS. 53:43 di-firmankan : “dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,” Kemudian disebutkan juga bahwa Al Qur’an memberikan arahan menyedikitkan tertawa dan memperbanyak menangis mengingat dahsyatnya kehidupan setelah mati.”
Dalam QS. 9:82 difirmankan juga : “Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.”
1.Pengertian dan Jenis Jenis-jenis dan tingkatan-tingkatan tertawa menurut kamus bahasa Arab :
a.Tabassum (tersenyum) Yaitu tingkatan dibawah tertawa dan merupakan tertawa yang paling baik.
b.Tertawa terbahak-bahak (Antagha)
c.Tertawa yang apabila ditampakkan berupa dengungan (Alkhanna wal khaniinan).
d.Tertawa terbahak-bahak yang paling buruk (Thaikhun thaikhun).
e.Tertawa yang melengking (Atthahthahatun)
f.Tertawa yang lebih dari tersenyum (Alhanuufu). Sebagian orang Arab menkhusukan yang satu ini dengan tertawanya para wanita.
2. Hukum
Menurut Dr. Yusuf Qardhawi, “Sesungguhnya tertawa itu termasuk tabiat manusia. Binatang tidak dapat tertawa, karena tertawa itu datang setelah memahami dan mengetahui ucapan yang didengar atau sikap dari gerakan yang dilihat, sehingga ia tertawa karenanya.” Sesuai pendapat diatas, maka hukum tertawa adalah boleh.
3.Manfaat
a. Secara Kesehatan
• Sama dengan olahraga (dr. William Foy – Menuai Kesehatan dan Hikmah dari Tertawa).
• Mengurangi infeksi paru-paru (Tak mau hemat tertawa).
• Mengurangi sakit jantung (Tak mau hemat tertawa).
• Meningkatkan semangat dan kesehatan (Dr Joseph Mercola dan Rachel Droege – Duh Suamiku, Senyum Doong…).
• Mengurangi dua hormon dalam tubuh yaitu eniferin dan kortisol, yang bisa menghalangi proses penyembuhan penyakit (Dr. Lee Berk – Menuai Kesehatan dan Hikmah dari Tertawa).
• Mengurangi rasa nyeri atau sakit (dr. Rosmary Cogan – Menuai Kesehatan dan Hikmah dari Tertawa).
• Obat awet muda (Prof. Dr. Lucille Namehow – Menangis dan Tertawa Sama Sehatnya).
b. Secara Psikologi
• Mengurangi stress (Gaya Hidup – Tertawalah Selagi Bisa).
• Meningkatkan kekebalan (dr. W.M. Roan – Gaya Hidup – Tertawalah Selagi Bisa).
• Menurunkan tekanan darah tinggi (Gaya Hidup – Tertawalah Selagi Bisa).
• Mencegah penyakit (dr. William Frey – Gaya Hidup – Tertawalah Selagi Bisa).
c. Secara Ibadah
• Merupakan sedekah.
• Memberi kesan berseri dan optimis.
• Penawar bagi rohani, obat bagi jiwa dan ketenangan bagi sanubari yang lelah setelah berusaha dan bekerja (Syaikh A-idh al-Qarni).
• Tanda kemurahan hati, isyarat bagi suatu temperamen yang mantap, tanda bagi murninya suatu tujuan (Syaikh A-idh al-Qarni).
• Menunjukkan kebahagiaan.
4. Tertawanya Rasulullah SAW.
a. Berupa senyuman yang menarik.
b. Tidak tertawa, kecuali apabila berhubungan dengan kebenaran.
c. Tidak berlebihan dalam tertawanya hingga tubuhnya bergoyang atau hingga tubuhnya miring atau hingga terlihatlah langit-langit mulut beliau.
d. Bukan berupa hal yang sia-sia atau permainan semata atau hanya sekedar pengisi waktu lengang semata.
5.Adab/Etika.
a. Meneladani Nabi dalam senyuman dan tawa beliau.
Dari Ka’ab bin Malik r.a, ia berkata: ”Rasululla apabila (ada sesuatu yang membuatnya) senang (maka) wajah beliau akan bersinar seolah-olah wajah beliau sepenggal rembulan.“ (HR Al-Bukhari kitab al-Maghaazi bab Hadiits Ka’ab bin Malik (no. 4418), al-Fat-h (VIII/142))
b. Tidak tertawa untuk mengejek, mengolok, mencela dan sebagainya. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadiwanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mnecela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiap yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)
c. Tidak memperbanyak tertawa. “Berhati-hatilah dengan tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” (Hadits shahih, Shahiibul Jaami’ (no.7435))
d. Tidak menjadikannya sebagai sebuah profesi seperti halnya saat ini. ”Celakalah bagi orang-orang yang bercakap-cakap dengan suatu perkataan untuk membuat sekelompok orang tertawa (dengan perkataan tersebut), sedang ia berbohong dalam percakapannya itu, celakalah baginya dan celakalah baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi kitab az-Zuhd bab Man Takallama bi Kalimatin Yudh-hiku bihan Naas (no. 2315), telah di hasankan oleh Syaikh al-Albani dengan nomor yang sama, terbitan Baitul Afkar ad-Dauliyah)
Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi bahwa maknanya adalah apabila seseorang berbicara dengan suatu pembicaraan yang benar untuk membuat orang lain tertawa, hukumnya adalah boleh. Al-Ghazali berkata, ”Jika demikian, haruslah sesuai dengan canda Rasulullah, tidak dilakukan kecuali dengan benar, tidak menyakiti hati dan tidak pula berlebih-lebihan.”
e.Tidak berlebih-lebihan dalam tertawa dan terbahak-bahak dengan suara yang keras. ”Aku tidak pernah melihat Rasulullah berlebih-lebihan ketika tertawa hingga terlihat langit-langit mulut beliau, sesungguhnya (tawa beliau) hanyalah senyum semata.” (HR. Al-Bukhari kitab al-Aadab bab at-Tabassum wadh Dhahik (no. 6092), al-Fat-h (X/617)) Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, ”Yaitu, tidaklah aku melihat beliau berkumpul dalam hal tertawa, di mana beliau tertawa dengan sempurna dan suka akan hal tersebut secara keseluruhan.” Dan masih banyak lagi hadist yang menceritakan kisah senyuman dan tertawa Rosululloh SAW.
6.Kesimpulan
Perlu adanya menejemen diri terutama dalam hal kegiatan tertawa. Banyak mengingat mati dan dosa-dosa kita akan menjadikan hati ini lebih banyak menangis daripada tertawa melihat apa yang tersedia di muka bumi ini.
Kesimpulan utama adalah = Banyaklah menangis dan sedikitkan tertawa.

Minggu, 12 Juni 2011

Kata-kata Mutiara Islami

  • Perbanyaklah kamu mengingat mati, karena hal itu bisa membersihkan dosa dan menyebabkan kamu zuhud atau tidak cinta kepada dunia.(Rasulullah)
  • Keluarlah dari dirimu dan serahkanlah semuanya pada Allah, lalu penuhi hatimu dengan Allah. Patuhilah kepada perintahNya, dan larikanlah dirimu dari laranganNya, supaya nafsu badaniahmu tidak memasuki hatimu, setelah itu keluar, untuk membuang  nafsu-nafsu badaniah dari hatimu, kamu harus berjuang dan jangan menyerah kepadanya dalam keadaan bgaimanapun juga dan dalam tempo kapanpun juga.(Syekh Abdul Qodir al-Jaelani)
  • Berteman dengan orang bodoh yang tidak mengikuti ajakan hawa nafsunya adalah lebih baik bagi kalian, daripada berteman dengan orang alim tapi selalu suka terhadap hawa nafsunya.(Ibnu Attailllah as Sakandari)
  • Orang yang suka berkata jujur akan mendapatkan 3 hal, yaitu : KEPERCAYAN, CINTA dan RASA HORMAT (Sayidina Ali bin Abi Thalib)
  • Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak. (Sayidina Ali bin Abi Thalib)
  • Kejahatan yang dibalas dengan kejahatan pula adalah sebuah akhlaq ular, dan kalau kebajikan dibalas dengan kejahatan itulah akhlaq buaya, lalu bila kebajikan dibalas dengan kebajkan adalah akhlaq anjing, tetapi kalau kejahatan dibalas dengan kebajikan itulah akhlaq manusia.(Nasirin)
  • Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum. Kalau harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapi ilmu akan bertambah apabila dibelanjakan.(Sayidina Ali bin Abi Thalib)

  • Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah. (Ibnu Mas’ud)

  • Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu. (Ali bin Abi Thalib)

  • Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku.(Umar bin Khattab)

  • Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk. (Imam An Nawawi)

  • Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. (Umar bin Kattab)

  • Dia yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang menciptakan matahari.(Bediuzzaman Said Nursi)

  • Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber kesesatan; dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa. (Bediuzzaman Said Nursi)

  • Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam segala kegiatan masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan seluruh kegiatan itu mandeg.(Bediuzzaman Said Nursi)

  • Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan.(Bediuzzaman Said Nur)

  • Orang yang terkaya adalah orang yang menerima pembagian (taqdir) dari Allah dengan senang hati.(Ali bin Husein)  
  • Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik. Dan seseoran yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup.(Bediuzzaman Said Nur)
  • Pangkal dai semua kebaikan di dunia maupun di akhirat adalah taqwa kepada Allah.(Abu Sualeman Addarani)

  • Barang siapa tidak dicoba dengan bencana atau kesusahan, maka tidak ada sebuah kebahagiaan pun disisi Allah.(Adh-Dhahhak)

Ya Hana na

ظَهَرَ الدِّينُ المُؤَيَّد
dzoharoddiinul muayyad

ظَهَرَ الدِّينُ المُؤَيَّد   بِظُهُورِالنَّبِى اَحمَد
dzoharoddiinul muayyad    bidzhuhuurin nabi ahmad

يَا هَنَانَــــــــا بِمُحَمَّد  ذَلِكَ الفَضلُ مِنَ الله
ya hana na nabi muhammad   dzalikal fadhlu minallah

يَا هَنَانَا
ya hana na

خُصَّ بِالسَّبعِ المَثَانِى   وَحَوى لُطفَ المَعَأنِى
khusho bissab’il matsani   wa hawa luthfal ma’ani

مَالَهُ فِى الخَلقِ ثَانِى   وَعَلَيهِ اَنزَلَ الله
ma lahu fil kholqi tsani   wa a’laihi anzalallah

يَا هَنَانَا
ya hana na

مِن مَكَّةٍ لَمَّا ظَهَر    لِاَجلِهِ انشَقَ القَمَر
min makkatillamma dzohar    liajlihin syaqqal qomar

وَافتخَرَت الُ مُضَر   بِهِ عَلى كُلِّ الاَنَام
waf takhorot aalu mudhor     bihi ala kullil anam

يَاهَانَانَأ
ya hana na

اَطيَبُ النَّاسِ خَلقًا   وَاَجَلُّ النَّاسِ خُلُقُا
athyabunnasi kholqon   wa ajallunnasi khuluqon

ذِكرُهُ غَربًا وَشَرقًا   سَائِرٌ وَالحَمدُ لِله
dzikruhu ghorbaw wa syarqon    saa iruw walhamdu lillah

يَاهَنَانَا
ya hana na

صَلُّوا عَلى خَيرِ الاَنَام   المُصطَفَى بَدرِالتَّمَام
shollu a’la khoiril anami   al musthofa badrittamami

صَلُّوا عَلَيهِ وَسَلِّمُوا   يَشفَع لَنَأ يَومَ الزِّحَام
shollu a’laihi wasallimu  yasyfa’ lana yaumazzihami

يَا هَنَانَا
ya hana na

Kamis, 09 Juni 2011

Dalam Islam Pacaran Itu Haram

Dalam Islam Pacaran Itu Haram



Dalam Islam Pacaran Itu Haram


Belakangan ini aku kecewa dengan seorang ikhwan karena dia berpacaran. Dia tahu kalau hukum pacaran itu haram, tapi setelah kutegur lewat facebook dia tetap tidak mau memutuskan pacarnya. Begitulah orang pacaran, memang susah banget dipisahin. Bagaimana sih kalau udah mabuk asmara? Serasa dunia sudah milik berdua dan serasa sudah menjadi orang paling bahagia sedunia. Naudzubillah…
Disini aku akan mengupas tentang pacaran, tidak ada salahnya kan menegur sesama muslim? Bukankah Allah telah berfirman, “Dan tetaplah memberi peringatan karena peringatan itu bermanfaat.” (Adz-Dzariyat ayat 55). Ya udah, langsung saja deh.
Pacaran Itu Hukumnya HARAM
Kita sebagai umat muslim sudah tahu kalau pacaran itu hukumnya haram. Bahkan, sebatas bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram pun hukumnya adalah haram. Tidak ada manfaat dari pacaran, malah banyak banget mudhorotnya. Seperti mengganggu pelajaran, membuang-buang waktu, membuang-buang uang, rentan hamil di luar nikah dan sebagainya.
Pacaran itu hukumnya haram walau kamu berdalih pacaran jarak jauh sehingga tidak mungkin kontak fisik dan sebagainya. Walau kamu mencari-cari dalil yang bisa menghalalkan pacaran dan sebagainya. Sebagaimana ayat Al-Qur’an yang berbunyi:
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra ayat 32)
Di ayat ini tertulis bahwa janganlah kita mendekati zina. Jangan mendekati zina itu berarti jangan pacaran, karena zina (baca: seks bebas) pasti dimulai dari pacaran. Pacaran itu kan identik dengan pegang-pegangan tangan, pelukan, bahkan ciuman dan ujung-ujungnya bisa jadi hamil di luar nikah… Iiih, naudzubillah…
Zina itu sendiri terdiri atas beberapa jenis. Zina mata, zina tangan, zina kaki, zina telinga, zina mulut, zina hidung, zina kemaluan, dan zina hati. Jadi walaupun pacaran jarak jauh, yakin bisa menjaga hati?
Atau mungkin sebatas telepon. Suara wanita itukan hukumnya adalah aurat jika didengar oleh yang bukan mahram. Tidak mungkin kan, di telepon kamu tidak mendengar suaranya.
Dalil-Dalil Tentang Haramnya Pacaran
Berikut adalah dalil-dalil tentang haramnya berpacaran dari Al-Qur’an dan As-sunah:
1. Rasulullah SAW bersabda, “Kebanyakan yang menyebabkan seseorang masuk neraka adalah fajr (kemaluan)
2. Dari Ma’qil bin Yasar bin Nabi SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya ditusuknya kepala salah seorang dari kamu dengan jarum besi itu jauh lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dan Baihaqi)
3. Dari Asy-Syabi bahwa Nabi saw. ketika membai’at kaum wanita beliau membawa kain selimut bergaris dari Qatar lalu beliau meletakkannya di atas tangan beliau, seraya berkata, “Aku tidak berjabat (baca: menyentuh) tangan dengan wanita.” (HR Abu Daud dalam al-Marassi)
4. Hadits yang lain berbunyi, “Tidak halal darah seorang muslim, kecuali tiga orang, yaitu laki-laki yang berzina, orang yang membunuh jiwa, dan orang yang meninggalkan agamanya.”
5. Sa’ad bin Ubadah berkata, “Seandainya aku melihat seorang laki-laki berzina dengan istriku, maka akan aku penggal leher laki-laki itu dengan pedang
Perkataan Sa’ad itu sampai ke telinga Rasulullah SAW, dan beliau berkata, “Apa kalian heran dengan kecemburuan Sa’ad? Sesungguhnya aku lebih cemburu daripada Sa’ad dan Allah lebih cemburu daripada aku. Oleh karena itu, Allah mengharamkan kekejian-kekejian yang tampak dan yang tersembunyi.”
6. Sesungguhnya Allah cemburu (tersinggung) dan seorang mukmin harus cemburu. Ketersinggungan Allah adalah ketika hamba-Nya melakukan apa yang dilarang Allah.” (HR. Bukhari Muslim)
7. Dalam hadits lain ketika beliau berkhotbah sholat gerhana matahari, beliau bersabda: “Wahai umat Muhammad, tidak ada yang lebih tersinggung (ghirah) melebihi Allah ketika ketika seorang hamba laki-laki dan perempuan berzina. Hai umat Muhammad, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa.
8. Dan sebagaimana disebutkan oleh Anas bin Malik, “Akan aku beritahu berita yang tidak akan diberitakan oleh seorangpun sesudahku. Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Termasuk tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan menyebarnya kebodohan, maraknya minuman khamar, dan perzinaan…
9. Katakanlah (Muhammad) kepada laki-laki yang beriman, ‘hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, ‘hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka…” (An-Nur ayat 30-31)
10. Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang pandangan tiba-tiba (tanpa sengaja), maka beliau memerintahkan aku untuk memalingkan pandanganku.” (HR Muslim no. 5609)
11. Dan juga sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina-zina. Maka zinanya mata dengan memandang (yang haram), zinanya lisan dengan berbicara. Sementara jiwa itu berangan-angan dan berkeinginan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR Al-Bukhori no 6243 dan Muslim no. 2657)
12. Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan dalam dada.” (Ghafir ayat 19)
13. Ibnu Abbas r.a. berkata, “ayat ini terkait dengan seorang laki-laki yang duduk pada suatu kaum. Lalu lewatlah seorang wanita. Namun bila teman-temannya melihat dirinya, dia menundukkan pandangannya. Sungguh Allah SWT mengetahui keinginan dirinya. Ia ingin andai dapat melihat aurat si wanita.” (Al Jami’li Ahkamil Qur’an, 15/198)
14. Dan masih banyak lagi.
Perbedaan Pacaran dengan Ta’aruf
Kalian mungkin bertanya-tanya, bukankah pacaran adalah ajang mengenal satu sama lain? Bagaimana bisa menikah kalau tidak pacaran dulu? Aku bilang bisa dengan cara Islam. Islam mengajarkan kepada calon suami istri untuk saling mengenal terlebih dahulu yang disebut ta’aruf. Tentu saja ta’aruf lebih sopan dan lebih terarah karena calon suami istri dikenalkan oleh keluarga masing-masing. Secara logika saja, kalau pacaran kan, fulanah selalu mencoba untuk menutup kejelekan dirinya dari si fulan dan memperlihatkan sisi baiknya saja, begitu juga si fulan kepada si fulanah. Kalau ta’aruf, mulai dari kebaikan sampai kejelekan setiap pasangan pasti disebut oleh keluarga, jadi setelah menikah tidak ada penyesalan apapun.
Aku juga berani bilang, kalau pernikahan yang dimulai dari ta’aruf lebih bertahan lama daripada yang dimulai dengan pacaran. Kenapa? Berikut perbedaan pacaran dengan ta’aruf.
1. Seperti yang aku tulis barusan, dari ta’aruf kita bisa menerima kekurangan diri pasangan kita mengingat diri kita yang juga punya banyak kekurangan. Tidak seperti pacaran dimana setiap pasangan berusaha untuk menutup-nutupi kekurangan dirinya dan tampil sebaik mungkin di depan kekasihnya.
2. Kalau pacaran berarti manis-manisnya sudah dihabiskan di awal, setelah menikah tinggal sepahnya doang. Kalau ta’aruf, manis-manisnya tentu saja dinikmati setelah menjadi halal. Kitapun merasa disayang oleh Allah SWT karena tidak ada keresahan sedikitpun.
3. Orang yang berta’aruf biasanya terbimbing dan ter-tarbiyah. Senantiasa menegakkan syariat Allah dan al-Millah. Mereka biasanya adalah orang-orang yang tahu hukum agama kalau bercerai adalah hal yang sangat Allah benci. Berbeda dengan masyarakat awam kebanyakan yang menyelesaikan masalah dengan bercerai. Contohnya gosip perceraian artis yang menjamur di infotainment. Mereka pasti memulai pernikahan dengan pacaran, kan?
Orang yang memulai pernikahan dengan berpacaran biasanya (aku tidak bilang seluruhnya)adalah orang yang tidak mengenal hukum agama. Mereka biasa pergi berduaan, ikhtilat, berpegangan tangan, berpelukan, dan berciuman. Tidak ada jaminan si cewek tidak akan hamil di luar nikah lalu aborsi karena cowoknya tidak mau bertanggung jawab.
Cinta Menurut Agama Islam
Sebagian orang mengira kalau Islam tidak menempatkan cinta pada tempat yang proporsional dan tidak tahu apa cinta itu. Padahal, pada hakikatnya perkiraan orang-orang itu merupakan cermin kebodohan. Tentu saja jauh berbeda cinta menurut masyarakat awam dan cinta menurut agama Islam.
Cinta menurut masyarakat awam tidak lain adalah cinta kepada lawan jenis, cinta nafsu syahwat, cintanya shakespeare, dan cinta seperti yang disenandungkan lagu band-band di Indonesia. Tidak perlu dijelaskan, teman-teman pasti sudah tahu.
Sementara, cinta menurut agama Islam adalah cinta yang paling mulia karena ditempatkan di tempat yang tertinggi. Terjaga dari hal yang tidak-tidak. Itulah cintanya onta betina yang menyusui anaknya, cintanya bayi menyedot air susu ibunya, cintanya burung yang membuat sarang untuk anak-anaknya, cintanya para syuhada yang mengorbankan darahnya di medan perang. Mereka rela jiwa mereka lebur dalam kilatan pedang, punggung mereka jauh dari tempat tidur, bahkan mereka rela menafkahkan seluruh harta mereka demi mencari keridhaan Dzat yang Maha Cinta.
Dr. A’id Al-Qarny menuliskannya dalam buku beliau, Korban-Korban Cinta kalau cinta itu ada dua macam, cinta duniawi dan cinta ilahiyah.
1. Cinta duniawi bernuansa kehidupan dunia, berbau tanah dan berada pada tataran yang rendah. Ini merupakan cinta murahan dan senda gurau.
2. Cinta ilahiyah, cinta yang bernuansa langit. Berada pada tataran yang tinggi dan merupakan cermin dari ketaatan dan ibadah.
Imru’ul-Qais jatuh cinta kepada seorang gadis bernama Laila. Abu Jahal mencintai Uzza dan Manat. Qarun Mencintai Emas. Abu Lahab mencintai kedudukan. Mereka semua bangkrut (baca: masuk neraka), karena mereka semua telah melakukan kesalahan yang sangat fatal. Adapun cinta Bilal bin Rabah adalah cinta kepada kebajikan. Ketika dia dibaringkan di atas pasir yang panas di bawah terik sinar matahari, tubuhnya tertindih sebuah batu besar, dia berseru kepada Penguasa bumi dan langit, “Ahad, ahad.” Karena di dalam hatinya ada iman yang teguh seteguh gunung uhud.
Renungan
Ada sebuah cerita dimana terdapat seorang wanita yang sangat menc intai suaminya. Saking cintanya kepada suaminya, wanita tersebut rela menggantikan suaminya bekerja siang malam. Sementara sang suami hanya menunggu di rumah yang rumah itu merupakan milik sang istri. Suatu hari ketika wanita itu baru saja pulang kerja, sang istri melihat sang suami sedang menari telanjang dengan wanita lain di atas kasur kamar mereka. Keduanya mabuk. Tapi apa yang dilakukan sang istri? Dia tetap memaafkan suaminya saking mencintai suaminya itu.
Bagaimana kalau aku bilang sang suami itu adalah kita?
Bagaimana mungkin kita lebih mencintai manusia dibandingkan Allah? Padahal apapun nikmat yang kita rengkuh semua berasal darinya. Pikirkan deh, mulai dari tangan kita, kaki kita, mata kita, hidung kita, dan seluruh tubuh kita adalah bukan milik kita melainkan milik Allah tapi malah kita gunakan untuk bermaksiat kepada-Nya. Tapi Allah Maha Pengampun sebanyak apapun dosa yang berlumuran dalam diri. Allahu Akbar…
Akhir yang Merupakan Awal
Bismillah… ini bukanlah penutup melainkan awal dari lembaran barumu, akhi/ukhti. Aku tahu, memang berat putus dengan si dia, jika tidak berat maka tidak mungkin cowok yang mengaku ikhwan itu terus bertahan dengan pacarnya. Tapi percaya deh, azab Allah jauh lebih berat lagi. Toh, jika akhirnya memang jodoh akan bersatu juga, kan? Atau kalau memang bukan jodoh, yakinlah jika jodoh yang Allah tentukan adalah jodoh yang terbaik untuk kita dan senantiasalah berdo’a agar kita bisa mencintai orang yang kita nikahi.
Hanya kepada Allahlah kami memohon, agar menjadikan kami termasuk orang-orang yang dicintai-Nya dan termasuk syuhada’ di jalan-Nya.
Wallahu’alam.

Kata-kata Mutiara dari Rasul, para sahabat, hingga para ulama

Kata-kata Mutiara dari Rasul, para sahabat, hingga para ulama

"Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu di suatu hari dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu di suatu hari dia akan menjadi kecintaanmu."
(HR. At Tirmizi)

Mencintai dunia akan merusak akal, membisukan hati dari mendengarkan hikmah, dan menyebabkan siksaan yang pedih.
(Ali bin Abi Thalib)
Yakin kepada Allah merupakan harga dari segala sesuatu yang sangat mahal. Dan merupakan tangga bagi setiap tujuan yang tujuan yang tinggi dan agung
(Muhammad bin Ali Al Jawad) Hadapilah dirimu sendiri sebelum kau berhadapan dengan kehidupan setelah ini; dan pertimbangkan dulu perbuatanmu sebelum dipertimbangkan di neraca keadilan Tuhan; dan persiapkanlah dirimu untuk pemunculan yang dahsyat di hadapan tuhan.
(umar bin Khatab)

Cari dan taklukkanlah dunia hanya untuk beribadah kepada Allah SWT
(Al Ghazali)

Nabi Muhammad saw bersabda;
"Berangkat pada pagi hari atau sore hari di jalan Allah (berjihad) adalah lebih baik dari dunia dan semua isinya."
(HR. Bukhari)

Barang siapa mengenal dirinya maka dia mengenal Tuhannya.
(Ali bin Abi Thalib)

Nabi Muhammad saw bersabda;
Allah azza wajalla berfirman: "Aku dalam sangkaan hamba Ku kepada Ku dan Aku bersamanya jika ia mengingat Ku. Maka, jika ia mengingat Ku pada dirinya, Aku akan mengingatnya pada diri Ku. Dan jika ia mendekat pada Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat padanya sehasta, dan jika ia mendekat pada Ku sehasta, maka Aku akan mendekat padanya padanya sedepa, dan jika ia datang pada Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan cepat-cepat.
(HR Bukhari)

Jika seorang hamba tulus ikhlas berbuat amal kepada Allah, maka Allah akan menampakkan kepadanya perbuatan-perbuatan yang tercela, sehingga ia hanya akan sibuk dengan dosa-dosanya daripada mengurusi aib orang lain.
(Ali Zainal Abidin)

Nabi Muhammad saw bersabda;
"Apabila kalian menginginkan kasih sayang dari Allah SWT dan Rasul Nya maka sampaikanlah amanat, jujurlah dalam berbicara, dan berbuat baiklah kepada orang yang menjadi tetangga kalian."
(HR. Tabrani)

Ibadah orang merdeka itu tidak lain kecuali syukur kepada Allah, bukan karena takut atau menginginkan sesuatu.
(Ali Zainal Abidin)

Nabi Muhammad SAW berdoa:
"Aku berlindung dengan kebesaran Mu yang tidak ada tuhan kecuali Engkau yang tidak mati, sedangkan jin dan manusia mati."
(HR. Bukhari)

Nabi Muhammad saw bersabda;
"Perumpamaan orang yang ingat pada Tuhannya dengan orang yang tidak mengingat Nya seperti orang hidup dengan yang mati."
(HR Bukhari)

Menyembah Allah karena takut itu adalah ibadah hamba sahaya. Menyembah kepada Nya karena menginginkan sesuatu adalah ibadah para saudaga. Menyembah kepada Nya karena rasa syukur, itulah ibadah orang merdeka.
(Ali Zainal Abidin)

Nabi Muhammad saw bersabda;
"Jika berdiri bulu roma seorang hamba karena takut kepada Allah maka akan berguguran dosa-dosanya bagaikan gugurnya daun dari pohon yang telah kering
(HR. Abu Syaikh dan Baihaqi)

Nabi Muhammad saw bersabda;
"Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir."
(HR. Muslim)

Dunia itu bangkai. Jika seseorang menginginkannya, hendaklah ia sabar bergaul dengan anjing-anjing.
(Ali bin Abi Thalib)

Dunia hanyalah cita-cita yang sirna, ajal yang berkurang dan jalan menuju akhirat, serta perjalanan menuju kematian.
(Umar bin Khatab)

Nabi Muhammad saw bersabda;
"Dunia itu terkutuk dan terkutuk pula semua yang di dalamnya, kecuali dzikrullah (mengingat Allah) dan hal-hal yang berkaitan dengannya serta orang alim atau orang yang belajar (ilmu agama)."
(HR At Tabrani)

Jika dunia mendatangi seseorang maka dia akan mencela kebaikan orang lain. Jika dunia meninggalkannya maka dia akan menghilangkan kebaikan-kebaikan dirinya.
(Ali bin Abi Thalib)

Nabi Muhammad saw bersabda;
"Kiamat semakin dekat, sedangkan keinginan manusia terhadap perkara duniawi semakin menjadi-jadi, dan terhadap Allah mereka semakin bertambah jauh."
(HR Hakim)

Dunia adalah fitnah dan ujian, kapan pun ia datang atau pergi. Jika datang, kamu harus bersyukur. Jika pergi, kamu harus bersabar.
(Al Ghazali)

Dunia adalah surga orang kafir. Sesuatu yang cepat (dunia) itu adalah cita-citanya, kematian adalah kesengsaraannya dan neraka adalah tujuannya.
(Ali bin Abi Thalib)

Abdullah bin Mas'ud ra meriwayatkan;
Rasulullah tidur di atas tikat, kemudian ia bangun, sedang anyaman tikar itu telah berbekas di pinggangnya, maka kami berkata, "Ya Rasulullah, bagaimana jika kami membuatkan kasur yang empuk untukmu?" Jawab Nabi SAW, "Untuk apa dunia ini bagiku. Aku di dunia ini bagaikan seorang kelana yang berkendaraan, bernaung di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkannya."
(HR At Tirmizi)

Murah senyum itu bukti kasih, dan sabar itu kuburan aib.
(Ali bin Abi Thalib)

Sembunyikan kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukanmu.
(Al Ghazali)

Nabi muhammad saw bersabda;
"Sesungguhnya Allah itu tidk melihat pada bentuk rupamu dan hartamu, tetapi melihat kepada hati dan amalanmu."
(HR At Tabrani)

Janganlah anda berbicara kecuali yang perlu saja, sebab kalau anda mengucapkan satu kalimat berarti ia menguasai anda dan anda tidak bisa menguasainya.
(Imam Syafi'i)

Janganlah memandang kepada siapa yang bicara, tetapi perhatikanlah apa yang ia bicarakan.
(Ali bin Abi Thalib)

Syahwat akan menjadikan seorang raja sebagai hamba, sementara sabar akan menjadikan seorang hamba sebagai raja.
(Al Ghazali)

Kebajikan itu adalah suatu hal yang ringan, yakni menunjukkan muka yang berseri-seri dan mengucapkan kata-kata yang lemah lembut.
(Umar bin Khatab)

Waspadalah terhadap waktu luang karena ia lebih banyak membuka pintu maksiat daripada syukur.
(Umar bin Khatab)

Bergaullah dengan suatu manusia yang jika engkau mati mereka menangisi kepergianmu. Dan jika engkau masih hidup mereka merindukanmu.
(Ali bin Abi Thalib)

Jika engkau telah mengalahkan musuhmu maka jadikanlah sifat pemaaf kepadanya sebagai rasa syukur atas kemenangan terhadapnya.
(Ali bin Abi Thalib)

Tidak ada kegembiraan yang menyamai perjumpaan dengan sahabat, dan tidak ada kesedihan yang menyamai perpisahan dengan mereka.
(Imam Syafi'i)

Seseorang yang mengikuti hawa nafsunya, berarti menyerah kepada keinginan musuhnya.
(Muhammad bin Ali Al Jawad)

Jangan menjadi gila karena cinta kepada seseorang, atau ingin menghancurkan seseorang karena kebencian.
(Umar bin Khatab)

Seseorang yang tidak sabar menghadapi teguran yang tidak menyenangkan, harus belajar lebih banyak mendengar.
(Ahnaf bin Qays)